Seputar Jurnalistik dan Pers. Jika pada postingan sebelumnya saya (red : hafiz ansyari) sudah membahas mengenai ciri-ciri atau kriteria Televisi Lokal maka di postingan PROSPEKTIF BISNIS TELEVISI LOKAL bagian kedua ini saya akan membahas mengenai "Industri Televisi di Era Mekanisme Pasar".
Diantara media massa. Radio dan televisi merupakan barisan yang paling belakang hadir sebagai kekuatan bisnis di Indonesia, melengkapi media massa cetak yang telah lama berkembang lebih dahulu sebagai kekuatan bisnis. Paling tidak sejak dua puluh tahun terakhir persaingan bisnis antar media cetak perlu dikelola berdasarkan kiat bisnis yang sungguh-sungguh. Media harus hidup dari pelanggan atau iklan, persaingan untuk mencari bahkan merebut pelanggan dan pemasang iklan menjadi patokan keberhasilan dalam bisnis yang kemudian tumbuh menjadi kekuatan raksasa dalam kelompok-kelompok besar seperti : Gramedia Group, Sarinah Group, Pos Kota Group, Jawa Pos Group dan lain-lainnya.
Media radio berkembang sejak lima belas tahun terakhir. PRSSNI atau Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia) telah berkembang menjadi kekuatan bisnis yang cukup diperhitungkan. Untuk mendirikan stasiun FM radio swasta yang baru, konon investor harus mengeluarkan dana hingga dua milyard rupiah (gak sedikit ya?) termasuk ijin frekwensi dan merekrut tenaga.
Demikian pula hal nya dengan bisnis Televisi yang mulai marak setelah keluarnya Surat Keputusan Menteri Penerangan kalo saya (red: hafiz ansyari) tidak keliru No.111 tahun 1990. Diawali pada tahun 1987-1988 ketika RCTI dijinkan siaran dengan menggunakan decoder, disusul SCTV pada tahun 1989, lalu stasiun televisi lainnya seperti TPI, AN TV, Indosiar Mandiri, Trans TV, Lativi (sekarang TV one), Global TV, TV7 dan Metro TV.
Perkembangan bisnis televisi swasta di Indonesia menimbulkan perubahan dalam pembagian "permen iklan". Televisi yang padat modal dengan penetrasi program yang begitu kuat secara otomatis pasti akan menyedot pangsa iklan terbanyak.
bersambung...
posting sebelumnya
0 Komentar:
Hafiz Ansyari - Karamputologi dan Ambungologi
Posting Komentar